Kisah
Analisis Dan Sinopsis Anak Melayu di Betawi
Unsur Intrisik:
1.
Tema: Liciknya kaum penjajah (Belanda) untuk
melemahkan semangat penduduk suatu negeri dalam upaya mendapatkan
kemerdekaannya.
2.
Alur: Maju
3.
Latar:
·
Latar tempat: wilayah Jakarta Utara
·
Latar waktu: pagi, siang, malam dan setiap
hari
·
Latar suasana: pasrah dan sedih
4.
Sudut pandang: Orang ketiga
5.
Tokoh:
·
Raja Ahmad
·
Raja Ali
·
Raja Muhammad
·
Sayid Abbas
·
Anggelbik (utusan gubernur Jendral Belanda)
·
Gubernur Jendral Belanda
·
Jenderal Van Dekock
6.
Penokohan:
·
Raja Ahmad : Pasrah
·
Raja Ali : Pasrah
·
Raja Muhammad : Pasrah
·
Sayid Abbas : Pasrah
·
Anggelbik (utusan gubernur Jendral Belanda) :
Licik
·
Gubernur Jendral Belanda : Licik
·
Jenderal Van Dekock : Licik
7. Amanat:
Jangan pernah terlalu percaya kepada orang lain yang baru kita kenal, karena
kita tidak tahu apa yang dia lakukan nanti.
Unsur Ekstrinsik:
1. Latar
belakang: Raja Ahmad harus datang ke pusat pemerintahan Belanda setelah
beberapa lama sekitar 3 bulan, parah tamu betawi sakit karena deman berdarah
hingga meninggal. Itu adalah cara belanda untuk melemahkan semangat penduduk
Indonesia.
2. Nilai-nilai:
·
Nilai moral: -
·
Nilai religus: -
·
Nilai sosial: -
·
Nilai budaya: Mereka disambut meriah dengan
tradisi dan adat melayu.
·
Nilai ekonomi: Belanda ingin menguasai negara
jadi menggunakan cara licik.
3. Kondisi
masyarkat: -
4. Gaya
bahasa: Susah untuk dimengeti, bahasanya baku.
Sinopsis
Raja Ahmad berserta kedua putranya yaitu Raja Muhammad
dan Raja Ali mengikuti perlawatan ke Betawi bersama keluarga kerajaan. Mereka
berangkat menuju ke pusat pemerintah Belanda. Hingga sampailah akhirnya
bersandar di pantai utara bagian utara. Betapa terkejut dan herannya mereka
disambut meriah dengan tradisi dan adat Melayu. Dengan penuh keheranan mereka
langsung masuk ke dalam gedung penginapan yang telah disiapkan oleh Belanda.
Setelah 3 hari berlalu, datanglah seorang utusan gubernur
Jendral Belanda untuk menjemput dan membawa segala perlengkapan, surat-surat
dan bingkisan-bingkisan anak Melayu menuju kediaman Gubernur Jendral. Ketika
tamu-tamu itu memasuki ruangan, orang-orang Belanda berdiri dan kemudian saling
menghormati antara satu sama sekali, lalu tamu-tamu Melayu itu dipersilahkan
duduk pada kursi-kursi yang tersedia. Sang Jenderal meminta surat yang dibawa
dari Kerajaan Riau lalu membacanya. Hingga selesai upacaya penyambutan itu
sebagaimana perlunya, dan diantarnya para utusan Melayu kembali ke penginapan.
Hari minggu, para tamu kembali menghadap ke gubernue
Jenderal dan disambut lebih meriah. Begitu semua utusan dari Melayu memasuki
halaman, langsung disambut oleh para penerjemah dan pelayan kemudian melayani
semua jenis makanan dan minuman, untuk memilih mana makanan dan minuman penutup
yang disuka, hanya cukup dengan menggeleng atau mengangguk saja pada setiap
jenis yang ditunjuknya. Hampir satu jam perjamuan itu berlangsung, namun tak
juga ada percakapan antara tamu dan tuan rumah. Hinggalah jam di dinding telah
menunjuk pada angka 5 sore, lalu ditutuplah pertemuan itu tanpa ada sesuatu pun
yang penting.
Pada malam hari, tamu-tamu dari Melayu diajak bersama
menonton komedi, semacam sandiwara keliling yang malam itu sedang pentas di
sebuah gedung pertunjukan yang sangat bagus. Tamu-tamu dari melayu telh
dipersiapkan tempat duduk di bagian depan, hingga jelas semua adegan dalam
pertunjukan. Apalagi ketika musik yang mengiringi sandiwara itu terdengar
sangat meriah.
Pada malam yang lain, para utusan dari kerajaan Melayu
diajak ke sebuah diskotik, mereka pun merasa aneh dan heran ketika encik-encik
itu menari saling berpasangan dan berpelukan sangat mesranya. Tepat pada jam
01.00 pagi mereka diajak makan pada sebuah restoran dan kemudian diantar
kembali ke penginapan. Hampir satu bulan lamanya tamu-tamu diajak keliling
melihat kemweahan Belanda di Betawi.
Sampai kira-kita 3 bulan lamanya, para tamu itu berada di
Betawi. Hingga trdngar kabar banyak orang sakit karena serag demam berdarah.
Raja Ahmad berserta 2 putranya juga terkena deman
berdarah. Kemudian diizinkan untuk pulang menuju Kerajaan Melayu di Riau. Namun
sebelum berangkat dan menurut dokter sakitnya sudah reda, diajaklah mereka
rekreasi ke kota Bogor untuk melihat-lihat pemandangan indah. Rupanya tidak
semakin semuh, tapi justru kambur lagi sakit yang diderita oleh keluarga raja
Melayu. Sekretaris Jenderal Belanda langsung menyewa kapal yang cepat lajunya
untuk membawa mereka ke tempat asalnya. Namun apa daya, takdir Tuhan tak bisa
dipalingkan dari kuasa manusia, maka wafatlah saudara kandung Raja Ali yang
bernama Raja Muhammad. Sementara itu para utusan lain juga menyusul di hari
berikutnya dengan menumpang dolfin menuju ke karajaan Melayu di Riau dan
Lingga. Sedangkan Baginda Abdurrahman, sebagai pempinan utusan, masih tetap
tinggal di Betawi untuk menyelesaikan urusan kerajaan sampai berbulan-bulan
lamanya, bahkan tanpa berita yang mengabarkan pada saat kapan bagianda akan
dipulangkan ke kaerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar